Si “Aduh” mengeluh lagi!
Bandar Lampung, Sabtu, 23 November 2013; 9 a.m.
Inilah caraku menikmati hari..
Duduk diteras kamar, melepas lelah sehabis bermain
badminton bersama ita dan mbak san2 di lapangan bulu tangkis UBL.
Aku baru saja selesai pijit ita yang tangannya sakit
karena saking capeknya main badminton. Dia tidur manis sekali, bagai anak bayi
yang kelelahan sehabis bermain dengan mainannya. Gembung dan menggemaskan.
Dan sekarang aku..
Aku memijit otakku dengan cara ini..
Disini.. Tenang.. Ditemani
alunan musik lembut Leaving on a Jet Plan
nya Palmy & T-Bone. Burung-burung pipit pun tak mau kalah, mereka berkicau
bersama hembusan angin, seolah ikut bernyayi, bergoyang dengan cerianya bersama
pepohonan yang menaungi mereka..
Aku duduk termenung.. Kupandang langit biru diatasku, bersih..
nyaris tanpa awan.. Cuaca Hari ini benar-benar cerah..
Subhanallah.. Betapa indahnya dunia ini saat aku tak
mendengar keluhan..
Mengeluh untuk hal yang kadang sebenarnya adalah salah
kita sendiri..
Mengeluh untuk hal yang sebenarnya tidak terlalu penting
untuk dikeluhkan..
Lamunanku seketika buyar ketika “saudaraku” kembali
mengeluh..
Jeritan “Aduh” nya yang lantang mengagetkanku, aku
bingung apa yang harus aku katakan, dan apakah kata-kata atau tindakanku bisa
membuatnya lebih baik atas keluhannya?
Kadang aku hanya ingin diam, aku ingin menikmati hidupku
sendiri, aku ingin melakukan apapun yang aku suka tanpa harus memikirkan,
kasihan atau iba dengan orang lain. Aku sadar manusia tidak akan bisa hidup seorang
diri, manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya menjalani kehidupan ini,
tapi bukan berarti manusia harus selalu bergantung pada orang lain atau bahkan
selalu mengeluh kan?
Kita mengeluh kerana kepanasan, sedangkan angin semula sudah disediakan tanpa bayaran.
Kita mengeluh atas sekelumit kekurangan, sedangkan kelebihan sebanyak buih
dilautan dibiarkan.
Aduh ini, aduh itu.. Kita tidak
tergoda untuk ber-aduh ria. “Aduh, terlambat nih! Aduh, panas nih! Aduh, capek!
Aduh jerawatku! Aduh aku gendut! Aduh, mau diet ah! Aduh sakiiiiit!” Aduuuuhhhh
plisss deh.. -__-“ Kata-kata seperti ini sebetulnya tidak perlu dikeluarkan!
Karena aduh kita tersebut tidak akan menyelesaikan masalah. Lebih baik kita isi
dengan do’a : “Ya Allah, kuatkan saya, semoga ada jalan keluar untuk semua
masalah saya, jadikan saya orang yang selalu bersyukur”. Kata-kata ini akan
lebih produktif dibandingkan dengan kata “aduh”. Ya kan? -___-“
Allah s.w.t berfirman “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah,
niscaya kamu tidak dapat
menentukan jumlahnya” (An-Nahl: 18). Di saat kita tenggelam dalam keluhan diri
sendiri, pancaindera kita tidak lagi mampu memainkan peranannya untuk melihat,
mendengar, merasai dan menghayati pemberian Allah yang tiada henti-hentinya.
Lantaran itu, begitu sukar sekali untuk menyebutkan kalimat Alhamdulillah
sebagai tanda kesyukuran seorang hamba kepada khaliqnya. Itulah hakikitnya.
Memang manusia sentiasa leka dan lupa. Manusia mempunyai keinginan yang tiada
batasan. Manusia tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki..Kecuali
orang-orang yang bersyukur. Seperti kata sahabatku Ita Brazilia, kita nggak boleh
mengeluh, kuncinya sabar, berdoa dan tetap bersyukur. ^-^
Komentar
Posting Komentar