Ayah
Jumat, 06 Juli 2012
AYAH
Mmm.. ada kecanggunganku untuk melukiskan
gambaran sebuah perasaan dalam sepenggal demi sepenggal kataku untukmu, Ayah..
Ternyata dinding itu terlalu besar untuk bisa
memisahkan kita.
Sepertinya memang itulah fungsi dinding pemisah
itu..
Siapa yang harus disalahkan? Dinding itu? Aku?
Atau Ayah?
Pernahkah Ayah merindukanku? Seperti kini aku
merindukan Ayah?
Pernahkah Ayah meneleponku untuk sekedar
menanyakan kabarku? Apakah aku sudah makan?
Seperti saat ini aku menunggu Ayah untuk
meneleponku untuk sekedar aku bisa menanyakan kabar ayah, apakah ayah sudah
makan?
Kalimat itu akan terucap begitu saja pabila dinding
pemisah itu tidak pernah ada.
Tapi nampaknya dinding itu telah berdiri kokoh
diantara kita.
Siapa yang harus disalahkan? Dinding itu? Aku?
Atau ayah?
Saat kepingan-kepingan memori dalam otakku
kembali memutar masa-masa indah sewaktu kita bersama, ada perasaan rindu tak
terkira namun juga benci yang benar-benar menyesakkan hati bercampur menjadi
satu membentuk segumpal kekecewaan dan perasaan terpaksa untuk menjalani semua
kenyataan pahit ini.
Tidak adakah pilihan lain?
Ternyata takdir telah menjawab semuanya..
Kami harus tetap bertahan dalam
lembaran-lembaran kehidupan baru kami tanpa kehadiranmu Ayah..
Kini engkau telah menemukan rumah barumu..
Rumah yang bisa memberikan kebahagiaan dan
ketentraman diatas semua yang pernah kami berikan dan yang tak bisa engkau
dapatkan ketika Ayah bersama kami..
Hari demi hari silih berganti,
Hingga bertahun lamanya kami terus berjalan
melewati masa tanpa sosok seorang Ayah yang benar-benar sangat kami rindukan..
Perjalanan yang kami lalui dengan membawa
sebongkah harapan bahwa kelak Ayah akan kembali lagi untuk kami..
Suatu saat nanti..
Semoga Allah selalu menjagamu Ayah..
Kami merindukanmu..
Komentar
Posting Komentar