Little Story about Our Little "Kun"
Kita semua
pasti tau betapa sakitnya perpisahan. Mungkin itu jg merupakan hal terburuk
dalam hidup. Mereka datang dan pergi, ada yang singgah sebentar di hati kita,
ada yang menetap selamanya dan meninggalkan jejak yang tak pernah hilang yang
tidak akan pernah membuat kita sama seperti kita yang dulu. Mereka yang
membekas dihati kita setelah perpisahan itu menyisakan lubang2 kecil dan besar
di dalam hati, tergantung seberapa berartinya sesuatu tersebut dalam hidup
kita. Apakah itu berarti hidup ini tak lebih dari badai yang setiap kali menyapu
habis apa yang sebelumnya ada, dan meninggalkan sesuatu yang gundul dan tak dapat
dikenali? Setiap kali kenangan itu muncul, kadang kita mencoba melarikan diri
dari kesedihan akibat perpisahan itu. Tetapi tentu saja kita tak bisa melarikan
diri dari kesedihan yang ada dalam diri kita. Hidup dan eksistensi manusia di
muka bumi sama tidak stabilnya seperti aliran sungai, berubah terus. Tetapi
kenangan? Ia seperti sekeping batu, sama sekali tidak berubah dan yah.. Hanya
bisa dikenang. Pagi itu aku bangun lebih awal dari biasanya, padahal malamnya
aku kurang tidur. Semalaman suntuk aku menonton film2 dan sinetron2 absurd
ditemani Kun gendutku yang imut yang sedang tidur2an cantik diatas bantal
mungilnya. Yaa begitu lah.. Aku lagi galau, galau berkepanjangan. Setiap lagi
sedih begini, Kun selalu menatapku dengan matanya yang dibunder2in supaya aku
bisa tertawa setiap kali melihatnya. Tatapan lugu sok cute yang disitu seolah
bilang "udah jangan sedih bos, semua masalah pasti punya ujung, qullu nafsin
dzaikatul maut – semua yang hidup pasti mati, semua yg gak enak pasti ujungnya
bakal enak bos kalo kita ikhlas". Loh kok ikhlas? Bukannya setiap kali
kita curhat kesedihan kita ke orang lain, mereka bakal bilang "Sabar
ya.."?? Mm.. Kalo kita inget kata2 pengelana gondrong di filmnya Mama Cake
yang kalau nggak salah baru aja diputer di Trans7 2 hari yang lalu, dia bilang
bahwa "Ikhlas" itu adalah bapaknya "Sabar". Kalau kita
sudah ikhlas, cobaan macam apapun yang menimpa kita, pasti kita juga bisa
sabar. Tapi biasanya kita-nya yang nggak ikhlas, jadi susah untuk bersabar.
Oo.. Sepertinya malam itu Kun sedang mengajakku untuk adu argumen. Hehe Memang,
Kun dan matanya yg sebundar badannya itu sudah 3 tahun ini menamani hari-hariku
yang berat dan membosankan. Malam itupun dia manja sekali minta di pukpuk
terus. Mungkin karena dia juga baru saja kena marah gara2 pempers-nya copot dan
akhirnya dia mengompol di kasur lagi. Memang dia selalu mengompol dan membuat
jari2 tanganku menjerit2 kecapean karena terus2an menyikat bedcover dan
menjemur kasur setiap hari. Tapi hari itu dia sudah ngompol 3 kali, jadi
mungkin aku agak jengkel. Kun akan menunduk takut saat dimarahi, tapi setelah
itu dia akan kembali kita sayang2 dan diberi tuna, dengan catatan tunanya harus
kita kunyah dulu supaya agak lembut, dikarenakan gigi depannya Kun rada ompong
jd makanannya merojol terus. Kun itu anak yang sopan, meski saat lapar-pun, dia
nggak akan pernah mau maling atau naik2 meja. Biasanya dia hanya menunggu di
depan piring kita smpai kita iba lihat tampangnya yang terus-terusan memelas.
Saat Kun haus minta minum, dia pasang tampang paling ganteng sambil mangap2.
Intinya Kun itu anak paling baik sedunia, dan gak pernah berisik. Dia paling
takut disuntik dokter dan bakal berteriak histeris saat ada si betina gila suka
sekali mengejar2nya. Yaa.. Meskipun dia begitu populer dimata cewek2, Kun kami
yang gendut gak pernah mau main cinta2an, karena Kun hanya cinta dengan
kedamaian. Dia paling anti cari ribut, tapi sering diributin gara2 dia polos
banget dan gak pernah marah. Kun memang tampan, tapi dia gak punya leher karena
tertutup lemak. Hobinya gigitin gorden, sprei dan sarung bantal sampai robek2.
Kun juga paling anti tidur tanpa bantal dan kasur yang empuk. Kalau kasur dan
bantal dia lagi diompolin, lebih baik kami yg tidur dilantai tanpa bantal
daripada melihat Kun insomnia. Dia juga termasuk pecinta binatang, karena Kun
suka sekali dengan anak ayam. Setiap ketemu, anak ayam itu akan dipeluk2,
digigit, dicubit, diinjak terus diajak main. Dan yang lebih so sweet lagi, Kun
itu kalau sudah dengar adzan shubuh, dia akan menjilat-jilat pipi kita sampai
kita terbangun. Lidahnya lembut dan gak kapalan karena gak pernah makan
makan2an mentah. Kalau ada makanan yg gak steril dia bakal muntah2. Dia juga
vergetarian, suka sayuran2an, dan sayur favorit dia adalah rumput jepang. Kun
memang bijak, tapi banyak sekali perbuatan2 bodoh yang kadang membuat kita
gemas ingin menggigit dan memeluknya erat2 seperti balon. Tapi Kun yang
terus-terusan kuanggap bodoh itu ternyata adalah Kun yang selalu menganggapku
ada saat aku merasa tak dianggap. Kun yang setia saat orang lain acuh
meninggalkan. Tatapan polosnya yang selalu ia berikan untukku – secara tidak
langsung merubah cara pandangku memandang sesuatu dari sudut pandang yang
berbeda dan tidak terduga2. Iya.. Dulu aku merasa seperti pulau kecil ditengah
samudra, tanpa masa lalu juga tanpa masa depan yang jelas dan juga tanpa teman,
tersesat dan menghadapi hidup penuh kekosongan. Tapi setelah pertemuan ini, banyak
faktor yang mungkin tak perlu kalian ketahui yang sudah membuatku memutuskan
tujuan hidup dengan masa depan yang tak lagi obscure. Mungkin kedengarannya
aneh, konyol bahkan gila – bahwa pertemuan biasa dengan seekor “Kun” bisa
membawa perubahan semacam itu. Tapi kadang2 hidup memang seperti itu kan?
Semuanya serba tidak terduga, tidak pasti, seperti kata Om Donny Dhirgantoro di
bukunya 5cm yang bilang bahwa satu-satunya yang pasti di dunia ini adalah
ketidakpastian. *Haha ngomong apa sih*, intinya ikatan batin antara Kun dan aku
memang sangat kuat.. *bagi yang tau jangan ketawa kerena jujur, ini serius*
Saat rajin merenung bersama Kun, aku menyadari semula yang tidak kusadari.
Tujuannya bukan “bagaimana menjadi the Real Me”, tapi “menjadi the Real Me”. Yah,
“bagaimana menjadi the Real Me” tidak bisa dijadikan tujuan hidup, tapi
“menjadi the Real Me”, aku sekarang bisa melihatnya sebagai batu loncatan untuk
sesuatu yg lain yg lebih besar. Tapi sekarang.. Kun dengan mata bundarnya yang
menenangkan yang seolah selalu ingin bilang "ikhlas.." itu – kemarin
shubuh sebelum ia sempat menjilat pipiku lagi – telah pergi meninggalkan dunia
ini. Alarm shubuh-ku yang hidup telah mati dan tak akan pernah kembali. Di
malam dan pagi-ku yang tidak biasa itu ternyata Kun hanya ingin mengungkapkan
kata perpisahan yang hanya dapat terucap lewat tatapannya yang begitu dalam.
Sekarang, tidak ada lagi Kun yang gendut, Kun yang tampan, Kun yang suka
ngompol, Kun yang makannya banyak, Kun yang gak punya leher, Kun yang seenaknya
sendiri robek2 sprei, Kun yang suka makan rumput jepang, Kun yang penakut, Kun
yang penyayang binatang, Kun yang cinta damai, Kun yang konyol, Kun yang bodoh,
Kun yang selalu ada buatku, Kun yang selalu menatapku, Kun yang selalu bilang
“ikhlas..ikhlas..” udah nggak ada lagi.. Sekarang Kun sudah berada disisi Allah
SWT dan lagi menari-nari di surga.. Kini.. Kun hanya seperti batu itu, tak
bergerak, tak berubah, dan hanya bisa dikenang. Dan semua kenangan itu akan
tetap meninggalkan jejak di hati kami yang tentu saja membuat kami tidak bisa
menjadi kami yang dulu. Karena kami kini adalah ultramen. Selamat jalan Kun,
semoga kita (Mbak Kiky, Bunda, Abang Sultan, Abang Ihza, Nenek, San dan semua
yang sayang sama Kun) bisa bertemu lagi di surga.. Aamiin.. Salam cinta paling
dalam untuk Kun nun jauh disana.. :')
Komentar
Posting Komentar