Demo Ahok, Permainan Politik!
Bandar Lampung, 4 November 2016
Kalau saya kurang
setuju dengan aksi demonstrasi yang seperti ini, apa saya termasuk golongan orang
kafir? Lagipula selama dia memimpin, dia tidak mencabut hak2 orang muslim,
toleransinya juga ditunjukkan dengan membangun masjid dan menghormati hak2 orang
muslim. Kalau dia bilang kita sudah dibodohi oleh salah satu ayat suci Al-Qur'an,
itu karena dia bukan muslim dan tidak mengerti apa2 tentang Islam. Allah Maha
Melihat, Allah Maha Mendengar. Kalaupun ada yang menistakan Al-Qur'an, biarlah Allah yang memberinya adzab, jika tidak di dunia, maka di akhirat, lalu serahkan kasusnya kepada penegak hukum.
Kita yang umat Islam
kenyataannya juga tidak bodoh dan merasa dibodohi kan? Laporan juga sedang diproses,
orang yang bersangkutan juga sudah pasrah minta maaf. Terus mau apa lagi? Selama ini
sepertinya dia juga sudah bekerja dengan cukup baik dan membantu aparatur negara
memberantas kasus korupsi. Belum tentu kita yang berdemo dan mengaku menjunjung
tinggi Islam, lantas diberi jabatan setinggi itu bisa menahan diri untuk tidak
korupsi. Jangan mau kita dibodohi oleh permainan politik yang lagi gencar2nya
dilakukan saat ini sampai menutup hati nurani kita sebagai umat beragama untuk saling
memaafkan. Apa sih esensinya menghakimi orang secara membabi buta begitu? Untuk
apa? Kita wajib membela Islam, melakukan demonstrasi, bahkan perang, atau aksi
heroik lainnya kalau hak2 kita sebagai muslim dicabut, atau diusir dari Indonesia,
seperti kasus umat Islam di USA jika Donald Trump terpilih jadi presiden. Apa
kasus kita sampai sebesar itu? Apa kita sendiri yang notabene muslim sudah merasa
suci, tidak pernah berbuat dosa, tidak pernah khilaf tutur kata atau tindakan?
Membela Al-Qur'an? Apakah kita rutin membaca dan memahami isi Al-Qur'an?
Membela Islam? Apakah sholat 5 waktu kita saja sudah sempurna kita tegakkan?
Apakah sedekah sering kita laksanakan? Apa kita sudah merasa sempurna selama
hidup sampai kita tega menghakimi orang sedramatis itu? Gak kasihan sma psikologi
keluarganya juga? Anak2nya? Bagaimana jika itu keluarga kita? Bagaimana kalau
muslim di Indonesia adalah minoritas, lalu kita kebetulan salah ucap dan tiba2
dimusuhi oleh ratusan ribu umat non-muslim, apa rasanya? Kenapa tidak kita
serahkan saja masalah ini ke ulama2 besar kita, seprti pemimpin2 MUI, NU,
Muhamadyah, dll yang ilmu dan pemahaman Islam-nya lebih dalam daripada kita, mereka
pasti akan lebih bijak untuk memutuskan hukuman, lalu kita jadikan ini sebagai
pembelajaran untuk semakin memperkuat toleransi antar umat beragama dan semakin
berhati2 dalam berucap. Bukan melarang demo atau tidak membela Islam, tapi yang
ditakutkan adalah hal ini malah akan menimbulkan perpecahan antar umat beragama
dan membuat negeri kita yg sudah ruwet ini semakin semrawut.
Kalau saya kurang setuju dengan aksi demonstrasi yang seperti ini, apa saya termasuk golongan orang kafir? Lagipula selama dia memimpin, dia tidak mencabut hak2 orang muslim, toleransinya juga ditunjukkan dengan membangun masjid dan menghormati hak2 orang muslim. Kalau dia bilang kita sudah dibodohi oleh salah satu ayat suci Al-Qur'an, itu karena dia bukan muslim dan tidak mengerti apa2 tentang Islam. Allah Maha Melihat, Allah Maha Mendengar. Kalaupun ada yang menistakan Al-Qur'an, biarlah Allah yang memberinya adzab, jika tidak di dunia, maka di akhirat, lalu serahkan kasusnya kepada penegak hukum.
Kita yang umat Islam kenyataannya juga tidak bodoh dan merasa dibodohi kan? Laporan juga sedang diproses, orang yang bersangkutan juga sudah pasrah minta maaf. Terus mau apa lagi? Selama ini sepertinya dia juga sudah bekerja dengan cukup baik dan membantu aparatur negara memberantas kasus korupsi. Belum tentu kita yang berdemo dan mengaku menjunjung tinggi Islam, lantas diberi jabatan setinggi itu bisa menahan diri untuk tidak korupsi. Jangan mau kita dibodohi oleh permainan politik yang lagi gencar2nya dilakukan saat ini sampai menutup hati nurani kita sebagai umat beragama untuk saling memaafkan. Apa sih esensinya menghakimi orang secara membabi buta begitu? Untuk apa? Kita wajib membela Islam, melakukan demonstrasi, bahkan perang, atau aksi heroik lainnya kalau hak2 kita sebagai muslim dicabut, atau diusir dari Indonesia, seperti kasus umat Islam di USA jika Donald Trump terpilih jadi presiden. Apa kasus kita sampai sebesar itu? Apa kita sendiri yang notabene muslim sudah merasa suci, tidak pernah berbuat dosa, tidak pernah khilaf tutur kata atau tindakan? Membela Al-Qur'an? Apakah kita rutin membaca dan memahami isi Al-Qur'an? Membela Islam? Apakah sholat 5 waktu kita saja sudah sempurna kita tegakkan? Apakah sedekah sering kita laksanakan? Apa kita sudah merasa sempurna selama hidup sampai kita tega menghakimi orang sedramatis itu? Gak kasihan sma psikologi keluarganya juga? Anak2nya? Bagaimana jika itu keluarga kita? Bagaimana kalau muslim di Indonesia adalah minoritas, lalu kita kebetulan salah ucap dan tiba2 dimusuhi oleh ratusan ribu umat non-muslim, apa rasanya? Kenapa tidak kita serahkan saja masalah ini ke ulama2 besar kita, seprti pemimpin2 MUI, NU, Muhamadyah, dll yang ilmu dan pemahaman Islam-nya lebih dalam daripada kita, mereka pasti akan lebih bijak untuk memutuskan hukuman, lalu kita jadikan ini sebagai pembelajaran untuk semakin memperkuat toleransi antar umat beragama dan semakin berhati2 dalam berucap. Bukan melarang demo atau tidak membela Islam, tapi yang ditakutkan adalah hal ini malah akan menimbulkan perpecahan antar umat beragama dan membuat negeri kita yg sudah ruwet ini semakin semrawut.
Komentar
Posting Komentar